Rabu, 04 Januari 2017

MERAWAT JENAZAH



I.     Kewajiban Pokok:  
Kewajiban pokok terhadap jenazah adalah:
A.                         Memandikan
B.  Mengkafankan
C.                         Menshalatkan.
D.                         Menguburkan.  
Jika ada seorang muslim meninggal, hendaklah diperlakukan dan dirawat sebagai berikut (jenazah wanita dikerjakan para wanita, jenazah pria dilakukan oleh pria): 
1.      Katupkan pelupuk matanya (kalau terlanjur kaku, usap pelupuk matanya dengan air hangat, setelah lemas dikatupkan pelan-pelan). 
2.      Sedekapkan dua tangannya sebagaimana orang shalat, jika perlu dengan diikat sementara dengan selendang atau semisalnya (kalau tangan terlanjur kaku, kompres dengan air hangat, setelah lemas, digerakkan dan disedekapkan pelan-pelan).  
3.      Lepaskan baju, kaos dan celana, gantikan dengan tutup kain sarung atau lainnya. Kalau jenazah terlanjur kaku, melepas kaos dan semisalnya terpaksa dengan memotongnya dengan gunting atau semisalnya.   
4.      Sebaiknya baringkan jenazah dengan menelentang, membujur ke utara.  
5.      Persiapkan segala keperluan untuk memandikan jenazah.    

A.  MEMANDIKAN

Yang diperlukan:  
1.       Dipan atau meja untuk tempat memandikan jenazah. 
2.       Air secukupnya disiapkan di ember, bejana atau lainnya lengkap dengan gayung atau slang air.   
3.       Sabun, sebaiknya dipotong atau dihancurkan dalam air, diberi potongan kain atau sepon untuk meratakannya di tubuh jenazah.  
4.       Kapur barus (untuk campuran air, dimasukkan atau ditaburkan sedikit padanya).      
5.       Handuk seperlunya (2 atau 3 lembar handuk besar).   
6.       Kain penutup jenazah.  
7.       Kain kafan 3 lembar, ukuran panjang masing-masing tidak kurang dari 2 meter, sebagian dipotong untuk baju, celana dan tali. Kain kafan ini disiapkan di tempat yang telah disediakan, sebelum jenazah dimandikan.    
8.       Tempat yang cukup lapang untuk memandikan jenazah, tetapi tidak terbuka.   





Cara memandikan:   
1.       Yang memandikan, sebaiknya laki-laki dimandikan laki-laki dan perempuan dimandikan perempuan. Tetapi isteri boleh ikut memandikan jika yang meninggal suaminya dan laki-laki boleh ikut memandikan jika yang meninggal isterinya. 
2.       Selama memandikan, semua orang yang tidak ikut memandikan tidak diperkenankan ikut melihat. Tempat memandikan harus ditutup dan dijaga karena jenazah tidak untuk ditonton. Mereka yang memandikan jenazah tidak boleh menceriterakan cacat tubuh jenazah, sekiranya dia melihatnya   
3.       Jenazah diangkat dan ditaruhkan di dipan pemandian, ditutup dengan kain yang untuk menutupinya dari atas (kepala) sampai bawah (kaki). Sebaiknya yang mengangkat 3 orang, yang di posisi atas dan bawah masing-masing menaruhkan dua tangan di bawah badan jenazah, yang  di tengah tangan kanannya di bawah dan tangan kirinya di atas. Selama memandikan dan sesudahnya, diusahakan agar semua yang memandikan tidak melihat/memandang kemaluan jenazah, karena itu aurat. Waktu membasuh bagian sekitar dubur dan qubul, cukup disiram dan disabun, tanpa dilihat.   
4.       Mulai dengan membaca Basmalah, lalu mandikan dengan mulai menyiram anggauta wudlunya yang sebelah kanan: wajah, tangan, kepala, kaki. Kemudian ratakan air ke seluruh bagian tubuh.    
5.       Sabun seluruh bagian dengan merata. Lalu siram dengan air, kalau perlu dengan digosok dan menekan pelan-pelan bagian perut untuk mengeluarkan sisa kotoran sesuai urutan ilmu tubuh manusia, barangkali ada sisa kotoran di sana. Kalau ada darah yang masih keluar, diusahakan untuk menghentikan pendarahan dengan sedikit tekanan di tempat tertentu, kalau perlu dengan plester. Darah tidak akan mudah membeku apabila terus disiram air. 
6.       Jika sudah selesai, memandikan ini boleh diulangi lagi dari permulaan sampai selesai, sesudah selesai diulangi lagi dari permulaan sampai selesai; jadi memandikan ini boleh diulangi sampai 3 kali, sampai benar-benar bersih.   
7.       Kemudian jenazah diusap dengan handuk seperlunya, sehingga semua bagian tubuhnya kering, dari rambut kepala sampai tumit. Jika kuku jenazah panjang, potong dengan pemotong kuku. Jika terdapat luka yang masih mengeluarkan darah, boleh ditutup dengan plester seperlunya. 
8.       Kemudian jenazah diangkat di bawa ke tempat mengkafani yang sudah disediakan, cara mengangkat sama: sebaiknya 3 orang, yang di atas dan bawah menyangga, yang di tengah tangan kirinya dari atas sedang tangan kanan dari bawah.


      

B.   Mengkafani:

Yang diperlukan:  
1.      Kain 3 helai sebagaimana sudah diatur di atas.  Untuk jenazah perempuan, sebagian kain boleh disiapkan untuk kerudung.     
2.      Kapas seperlunya.   
3.      Kapur barus yang sudah ditumbuk seperlunya.  
4.      Minyak wangi jika ada.
Cara mengkafani:
1.      Kain yang tersedia, dua lembar ditaruhkan sebagian menangkup atas sebagian lainnya, bagian arah kepala agak melebar, bagian bawah/arah kaki menyempit.     
2.      Satu potong dibelah separo secara membujur, untuk baju. Potongan yang lebih kecil dipotong untuk celana. Potongan yang paling kecil memanjang dipergunakan untuk tali, kalau kurang panjang boleh disambung.   
3.      Taruhkan tali-tali (7 buah) di tempat masing-masing secara melintang: (1) atas kepala,  (2) leher atau pundak, (3) atas tangan,  (4) bawah tangan, (5) sekitar paha,  (6) sekitar lutut/betis, (7) bawah kaki.    
4.      Taruhkan kain pada tali-tali yang sudah disusun tersebut.   
5.      Taruhkan baju kafan secara terbuka pada posisi di mana kepala jenazah nanti dapat dibungkus dan tertutup dengan kain kafan di bagian atas kepalanya (artinya menaruhkan jenazahnya jangan terlalu ke atas).   
6.      Taruhkan celana kafan pada posisi di mana pertengahan celana ini tepat pada bagian selangkangan jenazah. Taburkan sedikit kapur barus halus pada kain kafan yang sudah ditaruhkan di tempatnya ini. 
7.      Taruhkan jenazah pada posisi kafan sedemikian rupa, sehingga kepala tepat berada pada posisi belahan baju, pantat pada posisi pertengahan celana, tetap dalam keadaan jenazah tertutup oleh kain yang menyelimutinya.
8.      Pasangkan baju kafan bersamaan dengan membuka dan melepas kain yang menutup dari atas ke bawah.  Apabila dari lubang-lubang tubuh jenazah (mulut, hidung, telinga) keluar cairan (darah atau lainnya) hendaknya diusap dan ditutup dengan kapas secukupnya yang diberi bubukan kapur barus, agar tidak menimbulkan bau yang tidak enak.  Mata tidak perlu ditutup dengan kapas yang diberi kapur barus, kecuali jika mengeluarkan sesuatu yang nampak tidak baik. 
9.      Pasangkan celana kafan sehingga menutup kemaluan, tanpa membuka kain penutup jenazah.  
10.  Kalau jenazah mempunyai rambut, disisir dan diatur seperlunya sehingga nampak pantas. Untuk perempuan boleh dipasangkan kerudung padanya
11.  Katupkan kain jenazah bersamaan dengan melepaskan kain penutup jenazah, kanan, lalu kiri, sehingga aurat jenazah tetap tidak terlihat sama sekali oleh orang yang mengkafani sekalipun.    
12.  Tarik kain kafan dari ujung atas dan ujung bawah, lalu talikan dari arah kaki. Simpul ikatan harus di sebelah kiri badan jenazah, agar tidak mempersulit ketika membukanya di liang lahat.   
13.  Sambil mengikatkan bagian-bagian lain, kain kafan tetap ditarik dari atas ke bawah agar tetap rapi dan tidak kendor. 
14.  Percikkan minyak wangi seperlunya pada kain kafannya.  
15.  Mengkafani selesai, jenazah yang sudah dikafani ditaruhkan di tempat yang tersedia, ditutup dengan kain, biasanya membujur ke Utara, supaya mudah bagi yang akan menshalatkan.  

C.  Menshalatkan jenazah:

1.      Jenazah ditaruhkan membujur ke Utara.   
2.      Semua orang yang akan menshalatkan wajib bersuci sebagaimana bersuci untuk shalat-shalat lainnya.     
3.      Jika jenazah laki-laki, Imam berdiri di arah kepala jenazah, jika jenazah perempuan, imam berdiri di arah pinggang jenazah.  
4.      Shaf laki-laki di belakang imam, shaf perempuan di belakang shaf laki-laki.   
5.      Shaf hendaknya dibuat ganjil. 
6.      Imam mulai memimpin shalat jenazah dengan urutan sebagai berikut:       
6.1.    Takbiratul Ihram sambil mengangkat dua tangan, lalu bersedekap sebagaimana shalat biasa, lalu membaca surat Al-Fatihah.  
6.2.    Bertakbir (boleh sambil mengangkat ke dua tangan atau tanpa mengangkat ke dua tangan), lalu membaca shalawat atas Nabi dan keluarga beliau.   
6.3.    Bertakbir  (boleh sambil mengangkat ke dua tangan atau tanpa mengangkat ke dua tangan), lalu membaca do’a:      
اللّهُمَّ اغْفِرْ لَهُ وَ ارْحَمْهُ وَ عَافِهِ وَ اعْفُ عَنْهُ
Ya Allah berikanlah ampun kepadanya dan belas kasihanilah dia dan longgarkanlah dia dan berikanlah ma’af kepadanya.  (Boleh juga dengan ditambah do’a lainnya yang ada contohnya).
6.4.    Bertakbir  (boleh sambil mengangkat ke dua tangan atau tanpa mengangkat ke dua tangan), lalu membaca do’a:      
اللّهُمَّ اغْفِرْ لَهُ وَ ارْحَمْهُ وَ عَافِهِ وَ اعْفُ عَنْهُ
Ya Allah berikanlah ampun kepadanya dan belas kasihanilah dia dan longgarkanlah dia dan berikanlah ma’af kepadanya.  (Boleh juga dengan ditambah do’a lainnya yang ada contohnya).
6.5.    Membaca Salam sambil berpaling ke kanan dan membaca Salam sambil berpaling ke kiri. Dengan demikian shalat jenazah selesai.  

D.  Menguburkan jenazah

1.      Memikul jenazah orang Islam ke pekuburan tidak boleh diiringi dengan bacaan apa-apa, tidak boleh diiringi api. Kaum wanita sebaiknya tidak usah ke pekuburan pada waktu pemakaman di lakukan.
2.      Lubang kuburan dibuat membujur ke Utara, kalau bisa ditambah dengan liang lahat (lubang ke samping rusuk kubur), kalau tidak, bisa juga dengan lubang di tengah atau dengan penutup kayu miring saja.   
3.      Memasukkan jenazah hendaknya dari arah kaki kubur, disertai bacaan:  
بِسْمِ اللهِ وَ عَلَى مِلَّةِ رَسُولِ اللهِ Dengan Nama Allah dan atas agama Rasulullah  
4.       Sebaiknya yang di dalam liang kubur 3 orang laki-laki, yang pada malam harinya mereka tidak mengumpuli isterinya. Masing-masing berdiri menghadap ke arah Barat/Kiblat, yang menerima di ujung-ujung (Utara dan Selatan) dengan menyangga jenazah, yang di tengah: tangan kanan menyangga, tangan kiri memeluk dari atas tubuh jenazah. 
5.      Jenazah ditaruhkan dan dimasukkan lahat, dimiringkan ke sebelah kanan, menghadap Kiblat. Tali-tali kafan boleh dibuka, jenazah boleh diganjal (dengan gelu, batu, kayu atau lainnya) agar tidak mudah terguling menelentang.  
6.      Ditutup dengan papan atau lainnya yang tersedia.   
7.      Tanah ditimbunkan pelan-pelan sampai selesai.    
8.      Kuburan baru boleh ditinggikan sedikit dari tanah (untuk persiapan kalau permukaan tanah nantinya turun) dan boleh disiram air atau air bunga, asal tidak disertai niatan yang salah.    
9.      Setelah penimbunan selesai, dido’akan agar diberi ketetapn oleh Allah. Yang mendo’akan boleh sendiri-sendiri dan boleh juga bersama-sama dengan mengaminkan bacaan do’a salah seorang.  Contoh doa yang paling pendek:
اللَّهُمَّ ثَبِّتْهُ عِنْدَ السُّؤَلِ  
Ya Allah teguhkanlah dia pada waktu pertanyaan itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar