Rabu, 11 Januari 2017

MENOLAK KEMUNGKARAN


 


«عَنْ أَبِيْ سَعِيْدٍ نِ اْلخُدْرِيِّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ يَقُوْلُ: مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَراً فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ، فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ، فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ، وَ ذَلِكَ أَضْعَفُ اْلإِيْمَانِ»
رَوَاهُ مُسْلِمٌ.
Terjemah hadits :
Dari Abu Sa’id Al-Khudri radiallahu ‘anhu berkata : Saya mendengar Rasulullah shallallahu`alaihi wa sallam bersabda: Siapa yang melihat kemungkaran maka rubahlah dengan tangannya, jika tidak mampu maka rubahlah dengan lisannya, jika tidak mampu maka (tolaklah) dengan hatinya dan hal tersebut adalah selemah-lemahnya iman. (Riwayat Muslim)
Kandungan Hadist:
1.      Menentang pelaku kebatilan dan menolak kemunkaran adalah kewajiban yang dituntut dalam ajaran Islam atas setiap muslim sesuai kemampuan dan kekuatannya.
2.      Ridla terhadap kemaksiatan termasuk di antara dosa-dosa besar.
3.      Sabar menanggung kesulitan dan amar ma’ruf nahi munkar.
4.      Amal merupakan buah dari iman, maka menyingkirkan kemunkaran juga merupakan buah keimanan.
5.    Mengingkari kemaksiatan dengan hati diwajibkan kepada setiap muslim, sedangkan pengingkaran dengan tangan dan lisan berdasarkan kemampuannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar