Rabu, 11 Januari 2017

IMAN DAN ISTIQOMAH







«عَنْ أَبِيْ عَمْرٍو – وَ قِيْلَ أَبِيْ عَمْرَةَ - سُفْيَانَ بْنِ عَبْدِ اللهِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قُلْتُ يَا رَسُوْلَ اللهِ قُلْ لِيْ فِيْ اْلإِسْلاَمِ قَوْلاً لاَ أَسْأَلُ عَنْهُ أَحَداً غَيْرَكَ، قَالَ قُلْ آمَنْتُ بِاللهِ، ثُمَّ اسْتَقِمْ» .
رَوَاهُ مُسْلِمٌ.
Kosa kata :
أَسْأَلُ: (saya) bertanya                           اسْتَقِمْ: Istiqomah-lah, berpegang teguhlah.
Terjemah hadits :
Dari Abu Amr, -ada juga yang mengatakan- : Abu ‘Amrah, Sufyan bin Abdillah Ats-Tsaqafi radliallahu ‘anhu dia berkata, saya berkata: Wahai Rasulullah, katakan sebuah perkataan kepada saya tentang Al-Islam yang tidak saya tanyakan kepada seorangpun selain engkau. Beliau bersabda, Katakanlah: saya beriman kepada Allah, kemudian istiqomahlah [1]. (Riwayat Muslim).
Kandungan Hadist :
1.      Iman kepada Allah ta’ala harus mendahului ketaatan.
2.      Amal shaleh dapat menjaga keimanan.
3.      Iman dan amal shaleh, keduanya harus dilaksanakan.
4.      Istiqomah merupakan derajat yang tinggi.
5.    Agama Islam dibangun atas dua hal: Iman (yang ada di dalam hati) dan keistiqomaahan (yang ada pada anggota badan).
6.    Keinginan atau antusias para sahabat dalam menanyakan apa saja apa saja yang memberi manfaat kepada diri mereka, baik yang berkenaan dengan urusan akhirat maupun dunia. Dalam
7. hadits ini para shahabat menanyakan dalam hal menjaga agamanya dan merawat keimanannya.
Perintah untuk istiqomah dalam tauhid dan ikhlas beribadah hanya kepada Allah semata hingga mati.


[1] Istiqomah adalah konsisten di atas satu jalan dengan  mengamalkan kewajiban-kewajiban dan meninggalkan larangan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar